Hari ke-1 : The Dinner

Alunan lagu somewhere only we know yang dipopulerkan oleh Keane terdengar di ruangan yang kekurangan cahaya ini. Kami saling duduk berhadapan dibatasi oleh sebuah meja bundar kecil yang di atasnya terdapat dua piring kosong, sebotol wine dan dua buah gelas yang masih belum tersentuh isinya. Wanita berambut panjang berwarna coklat kemerahan yang sedang duduk di depanku menatapku dengan mata birunya. Tatapannya dalam dan tajam, seakan berusaha menggali informasi dari dalam diriku hingga ke detail terkecil atau seakan berusaha melukaiku dengan itu. Aku bisa melihat bulir keringat meluncur dari pelipisnya ke pipinya yang putih dihiasi dengan kemerahan, hasil karyaku tentu saja. Beberapa helai rambutnya menempel di dahinya, lekat akibat keringat yang makin membasahi bagian itu. Begitu indah.

“You’re really nervous, aren’t you?” Aku berkata padanya, tak lupa menghiasi wajahku dengan senyuman.

Matanya melebar melihat itu, alisnya meninggi beberapa mili, deru nafasnya makin membahana di ruangan redup ini. Perasaan aneh yang tak bisa kuidentisifikasi menjalari urat nadiku begitu melihat reaksinya, membuatku meluap-luap hingga darahku mengalir lebih deras, bulu kudukku meremang, sudut-sudut bibirku naik semakin tinggi, aku menggerakkan jemari-jemariku sebagai penyaluran agar bisa menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang belum saatnya terjadi. Sebentar lagi kataku pada diriku sendiri berulang kali. Aku menyisir rambutku ke belakang menggunakan tanganku lalu kembali tersenyum pada wanita cantik di hadapanku, yang kedua tangannya berada di atas meja itu terlihat gemetaran.

“Tenanglah. Ini akan sangat menyenangkan” kataku sambil meremas lembut tangan kanannya. Aku tak melepaskan pandanganku dari wajahnya, ekspresinya ketika aku melakukan itu membuat darahku semakin mendidih. Pekikan kecil lolos dari mulutnya, tubuhnya mulai bergerak kecil. Suara dan gerakannya meletupkan kegairahan yang bisa kurasakan di setiap sel darahku. Dadaku semakin penuh dengan perasaan perasaan yang tak pernah bisa kujelaskan.

Aku segera membuang tatapanku ke arah lain. Tahan, tahan, tahan ! Sedikit lagi, aku hanya perlu membangun tensi nya sedikit lagi ! Dengan sebuah sentuhan kecil aku bisa menikmati ini dengan kepuasan maksimal.

“Ini bukan pertama kalinya buat aku tapi aku yakin, ini pasti yang pertama buat kamu ya ?” Aku menuangkan wine ke gelasku kemudian ke gelasnya. Dia perlahan-lahan menggelengkan kepalanya dengan wajah yang ketakutan. Gerakan tubuhnya mulai semakin kencang.

“Lihat sekitar dulu” ujarku lalu menyicip sedikit wine dari gelasku. Nikmat sekali saat wine itu mendarat di lidahku, ditambah dengan wajah panik seorang wanita cantik di hadapanku yang sadar akan keadaan sekelilingnya. Intensitas gerakan tubuhnya perlahan-lahan semakin menurun hingga akhirnya berhenti sama sekali. Kepalanya tertunduk lemas untuk beberapa detik, membuatku kecewa tapi kemudian dia mendongak menatapku dengan wajah penuh amarah. Membuatku tertembak oleh pistol kegembiraan tepat di jantungku ! Menyenangkan sekali ! malam ini aku tidak salah pilih wanita !

Dia masih melihatku dengan penuh emosi ketika aku menenggak habis cairan dalam gelasku. Aku merendahkan wajahku sampai sejajar dengan wajahnya, aku bisa melihat keringat semakin deras mengalir di sana. Ketakutan dan amarah bercampur jadi satu menghasilkan sebuah ekspresi yang sangat kusukai. Ekstasi yang membuatku tidak lagi mempertanyakan eksistensiku. Satu langkah lagi dan aku akan mendapatkan mahakaryaku malam ini.

“Malam ini akan sangat spesial untuk kita” masih dengan posisi wajah yang sejajar, aku mulai berbicara “aku sudah menyiapkan wine paling enak untuk kita minum bersama tapi maaf karena wine nya tak lagi penuh. Aku membukanya untuk diriku sendiri dan lagi wanita yang cantik, berkulit putih dan berambut coklat pasti telah banyak minum wine mahal seperti ini atau malah yang lebih mahal lagi, seperti yang disediakan oleh pria kaya raya itu !” Tanpa sadar, nada bicaraku naik di penghujung kalimatku. Aku segera mengontrol diriku, emosiku masih sangat susah dikendalikan ketika membicarakan itu. Pengendalian emosi sangat dibutuhkan di tahap ini untuk mencapai kepuasan yg sesungguhnya, jangan sampai kejadian awal dulu terulang lagi di mana aku tak mampu mengendalikan emosi dan gagal mendapat mahakarya yang kudambakan.

Aku mengganti lagu yang diputar di handphoneku yang terletak di saku celanaku. Dentingan nada piano dari lagu River Flows In You buah karya Yiruma mengisi keheningan yang terjadi. Ketenangan segera kudapatkan begitu nada-nada indah ini menyelinap masuk ke dalam telingaku, membuat otakku kembali jernih dan mampu memfokuskan diriku pada pada gadis di depanku.

“Indah ya ? Begitu mengherankan saat tuts-tuts dari sebuah piano yang buruk rupa itu ditekan mampu menghasilkan sebuah keindahan, berbanding terbalik dengan manusia..” Aku mengambil sebuah pisau yang ada di lantai. Aku lalu berdiri dan berjalan ke arahnya, dengan kakiku menggeser pisau-pisau yang sudah kusebarkan di sekeliling meja ini. Pemandangan yang membuat gadis ini menghentikan gerakan tubuhnya tadi.

“Manusia tampak indah di luarnya. Rupawan, mewah, cantik tapi di dalamnya sangat busuk ! Saling membohongi satu sama lain, saling mengkhianati hanya untuk tumpuk kertas bergambar wajah pahlawan !” Lanjutku saat aku berdiri di dekat gadis yang tatapannya tak pernah lepas dari wajahku ini. Aku mengelus-ngelus kepalanya, menelusuri rambut halusnya dengan jari-jariku lalu turun ke bahunya dan semakin turun ke lengannya yang terikat erat ke kursi

“Dan malam ini kita akan merayakan kehinaan manusia itu dengan makan malam spesial” aku sekali lagi tersenyum mengingat bahwa sesaat lagi gadis ini akan memberikan apa yang kuinginkan

“we have a special dinner tonight and the main dish is.. ” Aku mengangkat tinggi tanganku yang memegang pisau, mata gadis itu membelalak melihatnya seolah tahu apa yang terjadi berikutnya. Akhirnya sebentar lagi.

“YOU !” Aku langsung menurunkan tanganku dengan sekuat tenaga, memotong jari-jari tangan kiri si gadis.

Aaah ini lah maha karyaku ! Perubahan ekspresi ketakutan menjadi kesakitan, sebuah candu yang membuatku ketagihan untuk menyaksikannya ! Tubuhku bergetar penuh kepuasan ketika melihat sang gadis merasa kesakitan. Matanya terbuka lebar lalu terpejam, kepalanya bergeleng-geleng cepat seakan ingin mengusir rasa sakit yang terpusat di tangan kirinya yang kini hanya memiliki ibu jari, tubuhnya berguncang-guncang. Suatu ekspresi keindahan yang melebihi keindahan lukisan mana pun, lebih memukau dibanding seluruh panorama di muka bumi, menghasilkan kepuasan yang melebih jauh memuaskan dibanding orgasme ternikmat sekalipun.

1 thought on “Hari ke-1 : The Dinner

  1. suaruas

    Lah punya lu juga keren bro… gua jarang baca tulisan yang dada-dada gtu, eh ternyata ada juga. terus lanjutkan ya, gua suka yang beginian

    Reply

Leave a reply to suaruas Cancel reply